Kamis, 19 November 2015

PSIKOLOGI BELAJAR MENURUT THORNDIKE

sumber: adulteducationcontributors.pbworks.com
Thorndike Lahir di William Burg tahun 1874. Penelitiannya mengenai hewan diwujudkan dalam disertasi dokternya yang berjudul “ Animal Intelegen and Experimental study of the associatif processes in animals Dalam bukunya tercermin ide-ide fundamental dari Thorndike termasuk teori tentang BELAJAR
a. Koneksionisme.
Menurut Thorndike asosiasi antara “ Sens Of Impressions dan Impulse to action”, disebutnya sebagai koneksi atau conection yaitu usaha unutk menggambungkan antara kejadian sensoris dengan perilaku ( Behavior ) .Thorndike menitik beratkan pada aspek fungsional dari perilaku, yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karna itu Thorndike sering diklasifikasikan sebagai Behavioris yang Fungsional.
b. Selecting and connecting learning atau trial and error learning.
Dasar dari belajar adalah Trial And Error Learning atau secara asli disebutnya sebagai Learning By Selecting and Conecting.
Thorndike pada eksperimenya menggunakan percobaan pada Hewan dalam Puzel Boksnya, Thorndike menyimpulkan bahwa binatang menunjukkan adannya penyesuaian diri yang sedemikian rupa, sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari boks.
Dikemukakan bahwa perilaku dari semua percobaan pada hewan semuanya sama, bila hewan ditaruhkan dalam boks atau sangkar maka percobaan hewan menunjukkan dalam keadaan yang discomfort, dan adannya usaha unutk keluar dari boks, dalam memecahkan masalah yaitu keluar dari boks, ternyata berlangsung secara
Menurut Thorndike menunjukkan bahwa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, hewan/ kucing akan memecahkan masalah tidak menggunkan Insight, karena tidak terlihat adannya pemecahan masalah yang mendadak, tidak terlihat adannya grafik yang patah dalam usaha keluar dari sangkarnya.
Thorndike melihat waktu yang digunakan oleh percobaan hewan dalam memcahkan masalahnya, untuk keluar dari sangkar, sebagai fungsi dari kesempatan yang ada. Trial akan berhenti bila hewan memperoleh cara penyelesaian terhadap masalah yang dihadapinya. Dari pengamatan Thorndike waktu yang digunakan hewan dalam memecahkan masalahnya, makin lama makin berkurang secara sistematis. Makin banyak kesempatan yang ada pada hewan itu, akan makin cepat dalam memecahkan masalahnya.
Dari eksperimenya Thornike menyimpulkan bahwa belajar itu lebih bersifat Trial And Error dari pada Insightful. Belajar terjadi secara sedikit demi sedikit kemajuannya dari pada berbentuk suatu loncatan. Bila belajar terjadi secara Insightful, maka akan terjadi suatu loncatan.
Dasar eksperimenya menyimpulakn bahwa belajar tidak dibantu oleh berfikir atau reasoning.
Thorndike juga menyimpulkan bahwa belajar pada semua hewan yang menyusui (termasuk manusia) mengikuti hukum yang sama, karena itu menurutnya tidak diperlukan suatu penjelasan lain bila ingin menerangkan proses belajar pada manusia.
Belajar pada manusia lebih kompleks, namun tidak mungkin menerangkan proses belajar meninggalkan hukum-hukum belajar yang diajukannya.

Hukum kesiapan ( The Law Of readinees)
Hukum ini diperoleh atas dasar hasil eksperimenya. Agar proses belajar mencapai hasil yang baik maka diperlukan adannya kesiapan organisme yang bersangkutan untuk melakukan belajar tersebut.

Tiga keadaan berlakunya hukum kesiapan :
  1. Bila pada organisme adannya kesiapan untuk bertindak/ berperilkau, dan bila organisme itu dapat melkaukan kesiapan tersebut, maka akan mengalami kepuasan
          contoh : besok tau kalau ada ujian tino siap-siap unutk belajar.
  1. Bila pada organisme ada kesiapan unutk bertindak/ berperilaku dan organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan maka akan mengalami kekecewaan.
         Contoh : besok ada uts tetapi tino tidak belajar.
  1. Bila pada organisme tidak ada kesiapan unutk bertindak atau berperilaku dan organisme itu dipaksa untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan kedaan yang tidak memuaskan.
         Contoh: ujian mendadak dia belum belajar sama sekali.

Hukum latihan ( The law of exercise)
Ada dua aspek mengenai hukum latihan
  1. The law of use yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antar stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan, dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat semata-mata karena hanya ada latihan.
  2. The law of disuse yaitu suatau hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan mejadi lemah bila tidak ada latihan atau bila neural bond tidak digunakan.
Hukum efek (The Law Of effect).
Yaitu Suatu stimulus memberikan hasil yang menyenagkan atau memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat, sebaliknya bila hasil menunjukkan hal yang tidak menyenangkan maka kuatnya hubungan antara stimulus dan respon menjadi menurun dengan kata lain bila suatu stimulus menimbulakan respon yang membawa reword, hubungan atau koneksi antara stimulus respon menjadi kuat demikian sebaliknya.

Konsep sekunder (Hukum Multiple Response)
Yaitu menyatakan bahwa percobaan pada hewan atau organisme dalam menghadapi masalah akan mencoba berbagai macam respon untuk mendapatkan respon yang tepat bila tidak didahului dengan multiple respons, organisme tidak akan mendapatkan respon yang tepat degan berbagai macam respon atau dengan trial and error akhirnya organisme mendapatkan respon yang tepat.
Artinya bila seseorang mengahadapi masalah seseorang itu akan mencoba berbagai Set atau attitude.
Yaitu kesiapan atau kecenderungan unutk berperilkau tertentu ini merupakan kesiapan atau set unutk menghdapi situasi dalam belajar. Sikap yang mendahului ini dapat lebih bersifat tetap misal: latar belakang kebudayaan, faktor pembawaan Situasi yang lebih bersifat temporer misalnya : lelah, lapar.

Prepotency of element atau partial activity
Yaitu bahwa suatu situasi akan membentuk perilaku seseorang. Ia berpendapat bahwa kompleksnya keadaan lingkungan perlu diperhatikan dalam proses belajar, organisme akan mengadakan respon yang selektif terhadap lingkungannya . Ini berarti bahwa organisme akan dapat memberikan respon kepada bebrapa macam stimulus saja sedangkan terhadap stmulus yang lain tidak diberikan respon
Response by analogy.
Yaitu bila organisme menghadapi situasi baru maka organisme akan memberikan respon dengan cara yang telah dimiliknya yang mirip dengan situasi yang baru tersebut dengan kata lain organisme itu akan dipengaruhi oleh respon lama yang mirip dengan situasi yang baru tersebut.
Associative shifthing.
Yaitu setiap respon yang dimiliki oleh orgainisme dapt dipindahkan atau dapat dialihkan sebagai respon terhadap stimulus baru

Contoh :
S abcde--------------------- R (respons)
abcdf---------------------- R
abcfg---------------------- R
abfgh---------------------- R
afghi ---------------------- R
S fghij ----------------------- R

Kesimpulan bahwa asosiatif shifting merupakan proses yang memungkinkan suatu respon dipindahkan dari suatu sutuasi ke situasi yang lain, dengan cara merubah secara sedikit demi sedikit elemen-elemen stimulus lama dengan elemen stimulus baru hingga akhirnya merupakan stimulus yang sama sekali baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar