A. Pengertian Kepadatan
Kepadatan atau density ternyata mendapat perhatian yang serius dari para ahli psikologi lingkungan. Menurut Sundstorm, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (dalam Wrightsman &Deaux, 1981). Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat apabila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).
Kesesakan atau crowding merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, sehingga lebih bersifat psikis (Gilford, 1978; Schmidt dan Keating. 1979; Stokols dalam Holahan, 1982). Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan individu tersebut (Altman, 1975).
Menurut Altman (1975), Heimstara dan McFarling (1979) antara kepadatan dan kesesakan memiliki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).
Kepadatan atau density ternyata mendapat perhatian yang serius dari para ahli psikologi lingkungan. Menurut Sundstorm, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (dalam Wrightsman &Deaux, 1981). Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat apabila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).
Kesesakan atau crowding merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, sehingga lebih bersifat psikis (Gilford, 1978; Schmidt dan Keating. 1979; Stokols dalam Holahan, 1982). Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan individu tersebut (Altman, 1975).
Menurut Altman (1975), Heimstara dan McFarling (1979) antara kepadatan dan kesesakan memiliki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).
B. Kategori Kepadatan
Menurut Altman (1975), variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial, meliputi:
- jumlah individu dalam sebuah kota
- jumlah individu pada daerah sensus
- jumlah individu pada unit tempat tinggal
- jumlah bangunan pada lingkungan sekitar, dll.
Jain (1987) berpendapat bahwa tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh:
- jumlah individu pada setiap ruang
- jumlah ruang pada setiap unit tempat tinggal
- jumlah unit tempat tinggal pada setiap struktur hunian
- dan jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman.
Hal ini berarti bahwa setiap pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda tergantung dari konstribusi unsur-unsur tersebut.
C. Akibat-akibat Kepadatan Tinggi
Taylor (dalam guilford, 1982) mengatakan bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal seseorang di suatu tempat tinggal.
Schorr (dalam Ittelson, 1974) mempercayai bahwa macam dan kualitas pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri penghuninya, stress dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman ini tampaknya berpengaruh pada perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal disana. Penelitian Valins dan Baum (salam Heimstara dan McFalring, 1978) menunjukkan adanya hubungan erat antara kepadatan dengan interaksi sosial.
Contoh Kasus :
Para mahasiswa yang bertempat tinggal di asrama yang padat sengaja mencari dan memilih tempat duduk yang jauh dari oranglain, tidak berbicara dengan oranglain yang berada di tempat yang sama. Dengan kata lain mahasiswa yang tinggal di tempat padat cenderung untuk menghindari kontak sosial dengan oranglain.
Altman (1975) dan Belt dkk. (1978) menambahkan faktor situasional sebagai faktor yang mempengaruhi kesesakan. Stressor yang menyertai seperti suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan (lingkungan primer-sekunder), tipe suasana (suasana kerja-rekreasi), dan karakteristik seting (tipe rumah, tingkat kepadatan)
Pengaruh negatif kesesakan, tercermin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fisiologis dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain :
- perasaan kurang nyaman
- stress
- kecemasan
- suasana hati yang kurang baik
- prestasi kerja dan prestasi belajar menurun
- agresivitas meningkat
- dan bahkan juga gangguan mental yang serius
dampak fisiologis yang terjadi adalah :
- meningkatnya tekanan darah dan detak jantung
- gejala-gejala psikosomatik
- penyakit-penyakit fisik yang serius
Perilaku sosial yang seringkali timbul karena situasi yang sesak antara lain adalah :
- kenakalan remaja
- menurunnya sikap gotong-royong dan saling membantu
- penarikan diri dari lingkungan sosial
- berkembangnya sikap acuh tak acuh
- semakin berkurangnya intensitas hubungan sosial
Maka, solusi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari kesesakan dan kepadatan adalah, sebagai berikut:
1. Menjaga hubungan interpersonal dengan teman dalam lingkungan tempat tinggal dengan saling menghormati dan menghargai
2. Tidak menambah formasi koalisi, atau tidak menambah orang dengan jumlah kapasitas suatu tempat tinggal melebihi kapasitas tempat tinggal
3. Menjaga kualitas hubugan dengan sering bergaul dengan orang lain
4. Masing-masing individu harus mengetahui informasi tentang kepadatan pada suatu lokasi yang akan menjadi tempat tinggalnya
5. Memperhatikan faktor fisik seperti tata letak, suasana, dan daerah lokasi tempat tinggal
1. Menjaga hubungan interpersonal dengan teman dalam lingkungan tempat tinggal dengan saling menghormati dan menghargai
2. Tidak menambah formasi koalisi, atau tidak menambah orang dengan jumlah kapasitas suatu tempat tinggal melebihi kapasitas tempat tinggal
3. Menjaga kualitas hubugan dengan sering bergaul dengan orang lain
4. Masing-masing individu harus mengetahui informasi tentang kepadatan pada suatu lokasi yang akan menjadi tempat tinggalnya
5. Memperhatikan faktor fisik seperti tata letak, suasana, dan daerah lokasi tempat tinggal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar