Kamis, 19 Februari 2015

TEKNIK KONSELING

Teknik-teknik Konseling berdasarkan beberapa pendekatan:
1.      Psikoanalisa
·         Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
·         Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
·         Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
·         Analisis resistensi; resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
·         Analisis transferensi. Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
2.      Behavioristik
Teknik-teknik dalam melangsungkan konseling dengan pendekatan konseling behavioral tidak hanya tertuju pada hukum-hukum belajar, akan tetapi dapat diterapkan dengan pemaduan pendekatan lain yang muaranya sama pada batasan perubahan tingkah laku nyata, baik dalam menampilkan tingkah laku baru maupun menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. Adapun teknik konseling behavioral dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu :
a. Teknik Memperkuat Tingkah Laku
1) Shaping, adalah mengganjarkan tingkah laku dengan terus menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan. Tingkah laku yang tidak pernah dimunculkan tidak dapat direinfors. Shaping dilakukan melalui sejumlah pendekatan yang berangsur, dan dalam prosesnya akan terdapat tingkah laku yang direinfors dan ada yang tidak. Pada setiap tahap, konselor diharapkan dapat memberikan reinfors sampai pada tahap perilaku yang diinginkan itu muncul.
 Contoh : lelaki yang takut berhubungan dengan wanita :
Proses shaping : Menatap-tersenyum-menyapa-menciptakan percakapan-berkenalan-mengajak makan malam-pacaran.
2) Behavior Contract, yaitu kontrak tingkah laku yang syarat mutlaknya terdapat pada batasan yang cermat mengenai problem klien, situasi dimana hal itu diekspresikan, dan kesediaan klien dalam prosedur. Konselor hendaknya merincikan tugas yang mesti dilakukan klien dan kriteria sukses yang direinforcement. Caranya adalah dengan (a) menyatakan kontrak dalam kalimat positif, (b) mengatur tugas dan kriteria yang mungkin dicapai, (c) memberi penguatan secepat mungkin, (d) mendorong individu untuk mengembangkan self-reinforcing, dan (e) menggunakan kontrak bertingkat yang  mengacu pada tugas, kemudian diikuti hadiah yang menimbulkan kontrak baru, dan seterusnya.
3) Assertive Training, yaitu latihan ketegasan, dengan menggunakan teknik latihan permainan peran. Proses shaping terjadi apabila tingkah laku baru mendekati tingkah laku yang diinginkan. Latihan ini dapat diberikan kepada klien dengan kriterium masalah (Corey, 2007) sebagai berikut antara lain :
-    Orang yang tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya
-    Orang yang memiliki kesopanan yang berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan daripadanya
-    Orang yang berkesulitan mengatakan “tidak”
-    Orang yang berkesulitan menyatakan kecintaan dan respon-respon positif lainnya
-    Orang yang merasa tidak mempunyai hak untuk menyatakan perasaan dan pikirannya

b. Modelling
Penggunaan model dalam konseling ini bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru dengan mengamati model dan mempelajari keterampilannya. Teknik ini juga diperuntukkan bagi klien yang telah memiliki  pengetahuan tentang penampilan tingkah laku tetapi belum dapat menampilkannya. Proses terapeutik dalam bentuk Modelling ini akan membantu/mempengaruhi tingkah laku yang lemah atau memperkuat tingkah laku yang siap dipelajari dan memperlancar respon. Teknik konseling Modelling ini dapat berupa :
1) Proses Mediasi, yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan recall asosiasi antara stimulus dan respon dalam ingatan. Dalam prosesnya,  mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik, dan insentif. Atensi pada respon model akan diretensi dalam bentuk simbolik dan diterjemahkan kembali dalam bentuk tingkah laku (reproduksi motorik) yang insentif.
2) Live Model dan Symbolic Model, yaitu model hidup yang diperoleh klien dari konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam keseluruhan proses konseling akan membawa pengaruh langsung (live model) baik dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin. Sedangkan symbolic model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman lainnya.
3) Behavior Rehearsal, yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara melakukan atau menampilkan perilaku yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Bagi klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi, koreksi, dan balikan  yang ia peroleh dari konselor dalam upaya mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan ia katakana.
4) Cognitive Restructuring, yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan lebih cocok. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang korektif, belajar mengendalikan pemikiran sendiri, menghilangkan keyakinan irrasional, dan menandai kembali diri sendiri.
5) Covert Reinforcement, yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi diri sendiri. Teknik ini dapat dilangsungkan dengan meminta klien untuk memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang sangat negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji sesuatu yang ekstrim positif.

c. Teknik Melemahkan Tingkah Laku
1) Extinction, yaitu proses mengurangi frekuensi terjadinya suatu tingkah laku dengan menghilangkan reinforcementnya.
2) Reinforcing Incompatible Behavior, yaitu proses memperkuat tingkah laku positif dengan memberikan reinforcers pada respon yang diinginkan dan mengurangi tingkah laku yang negatif dengan cara mengabaikannya.
3) Relaxation Training, yaitu teknik rileksasi untuk menanggulangi tekanan-tekanan (stress) yang ditimbulkan oleh keadaan hidup sehari-hari. Teknik ini diberikan kepada klien agar memperoleh pengenduran otot-otot dan mental yang terganggu tersebut.
4) Systematic Desensitization,  yaitu prosedur terapeutik yang dipakai dalam berbagai keadaan yang berhubungan dengan kecemasan, ketakutan, dan reaksi phobia. Dalam teknik ini, klien dilatih untuk rileks selama kurang lebih 30 menit, dan kemudian klien menyusun situasi stimulus yang didalamnya mereka mengalami cemas. Sedangkan konselor membantu mengidentifikasi dan menyusun situasi dari pengalaman yang tingkat kecemasannya rendah sampai yang tertinggi.
Setelah klien benar-benar rileks, konselor dapat memulai teknik terapeutik dengan cara meminta klien memejamkanmatanya dan konselor mulai menggambarkan seri-seri adegan dan meminta klien untuk membayangkan dirinya dalam setiap adegan tersebut. Konselor bergerak secara progresif ke hierarki sampai klien memberikan tanda mengalami kegelisahan. Adegan dihentikan apabila klien mampu tetap rilek dalam reinforcement yang sebelumnya dianggap menggelisahkan.
5) Satiation, yaitu proses memberikan reinforcement yang berlebihan sehingga reinforcement kehilangan nilainya sebagai penguat. Satiation dapat dilakukan dengan membanjiri klien dengan stimulus yang sama hingga stimulus tidak lagi direspon.

3.      Rasional emotive therapy
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:

Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

Teknik-teknik Behavioristik

a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

Teknik-teknik Kognitif

a. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :

(a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya;
(b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
(c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

4.      Realitas Therapy
A. Konsep Dasar
Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah daam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah: bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri

B. Ciri-Ciri Terapi Realitas
Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli .
Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

C. Tujuan Terapi
Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

D. Proses Konseling (Terapi)

Konselor berperan sebagai:
Motivator, yang mendorong konseli untuk: (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkandirinya sendiri.
Penyalur tanggung jawab, sehingga: (a) keputusan terakhir berada di tangan konseli; (b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.Guru; yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya.Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.Teknik-Teknik dalam Konseling
·         Menggunakan role playing dengan konseli
·         Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
·         Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
·         Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
·         Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
·         Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
·         Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
·         Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

5.      Gestalt Theraphy
Terapi Gestalt merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan pengalaman yang menekankan kesadaran yang ada saat ini dan yang menekankan kualitas hubungan antara individu dengan lingkungannya. Tujuan pendekatan ini adalah terlebih adalah hanyalah untuk mencapai kesadaran.
Tujuan terapi yang lain adalah untuk membantu klien dalam untuk mengeksplorasikan bagaimana mereka menjalin hubungan dengan unsur-unsur lingkungannya. Perubahan terjadi seiring dengan tingginya tingkat kesadaran akan apa yang ada.
Ahli terapi dengan klien bekerjasama untuk mengidentifikasi “gambaran sosok” atau aspek perilaku realitas individu dan dan lingkungan
Kontribusi terapi Gestalt
Salah satu kontribusi terapi Gestalt adalah cara membangkitkan gairah klien untuk mempersoalkan dan merubah perilakunya dimasa lalu pada aspek-aspek yang relevan kepada keadaan yang ada saat ini.
Cain (2002) mengidentifikasi kontribusi-kontribusi signifikan dari pendekatan terapi Gestalt :
• Pentingnya bersikap kritis terhadap hubungan dengan diri sendiri (introspeksi diri), orang lain dan lingkungan.
• Aturan pokok hubungan yang murni dan dialog di dalam terapi
• Penekanan teori lapangan, phenomenologi dan kesadaran.
• Terapi terfokus pada keadaan saat ini, disini dan sekarang yang dialami klien.
• Penggunaan eksperimen-eksperimen aktif yang kreatif dan spontan sebagai jalan untuk pembelajaran eksperiental (berdasarkan pengalaman)
Metode Gestalt membawa konlik dan perjuangan hidup manusia. Terapi Gestalt merupakan pendekatan yang kreatif yang menggunakan eksperimen untuk memindahkan klien dari bicara/ omong kepada tindakan dan pengalaman.
TerapI Gestalt merupakan pendekatan holistik yang menilai setiap aspek kesetaraan pengalaman individu. Dan terapi Gestalt beroperasi dengan angan-angan yang unik tentang perubahan.
Strumpel dan Goldman (2002) mencatat manfaat dari penggunaan terapi Gestalt :
• Manfaat studi yang ditunjukan oleh terapi Gestalt, sama bahkan lebih luar biasa dibanding dengan terapi-terapi yang lain.
• Kebanyakan Studi-studi saat ini menunjukan bahwa terapi Gestalt memilki pengaruh yang bermanfaat pada gangguan kepribadian, masalah psikosomatik, dan kecanduan zat-zat addiktif.
• Pengaruh terapi Gestalt Cenderung stabil dalam tindak lanjut studi 1-3 tahun setelah treatmen selesai.
• Terapi gestalt telah menunjukan effektifitasnya dalam mengobati gangguan psikologis yang bermacam-macam.

6.      Transaksional Therapy
A. Konsep Dasar
Pada hakekatnya manusia adalah :
1. Kehidupan manusia bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik)
2. Manusia mampu memahami keputusan-keputusannya pd masa lalu & kemudian dpt memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yg pernah diambil
3. Manusia mempunyai kapasitas untuk memilih & dlm tingkat sesadaran tertentu indv dpt menjadi mandiri dlm menghadapi persoalan hidupnya
4. Hekekat manusia selalu ditempatkan dlm interaksi & interelasi sbg dasar pertumtumbuhan dirinya.
B. Struktur Kepribadian
a. Kepribadian manusia terdiri dari 3 status ego : ego orang tua, ego orang dewasa dan ego anak
b. Ego orang tua : bagain dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya)
c. Ego dewasa : bagian dari kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersdia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dalam menghadapi kehidupan.
d. Ego anak : bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebaginya. Ego Anak berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan , dan tindakan –tindakan spontan
C. Asumsi Perilaku Bermasalah
Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.

D. Tujuan Konseling
a. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru yg menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah Hidupnya
b. Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan menganai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministik
c. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yg dpt dipilih untuk memantapkan dan mematangkan stutus egonya
d. Pencapaian otonomi yg diwujudkan oleh penemuan kembali 3 karakteristik yaitu kesadaran, spontanitas dan keakraban

E. Fungsi dan Peranan Konselor
Konselor berperan sebagai guru, pelatih dan narasumber
Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional analisis skenario, dan analisis permainan
Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasanya sendiri. Membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yg tdk menguntungkan Menolong klien mendptkan perangkat yg diperlukan untuk mendptkan perubahan.
Tugas kunci konselor adalah menolong klien untuk menemukan kekuatan internal guna mengambil keputusan yg cocok

F. Pengalaman Klien dalam Konseling
Klien adalah agen yang aktif dalam proses konseling. Sejak awal klien menjelaskan dan menyatakan tujuan konselinya sendiri dalam formulir kontrak. Klien bereksperimen dg cara-cara baru dlm bertingkah laku. Para klien memperlihatkan kesediaan untuk berubah dengan benar-benar berbuat.

G. Hubungan dalam Konseling
Baik konselor maupun klien memiliki tanggung jawab bersama, sama sama aktif dalam proses konseling, implikasinya :
a. Tdk ada jurang pengertian antara konselor & klien
b. Klien memiliki hak yg sama dg konselor
c. Kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor & klien

H. Teknik – teknik Konseling
1. Konsep dan teknik utama dalam AT secara khusus dilakukan dalam situasi kelompok
2. Ada beberapa teknik dasar dalam konseling AT, yaitu :
a. analisis struktural,
b. analisis transaksional,
c. kursi kosong,
d. bermaian peran,
e. percontohan keluarga,
f. analisis ritual;
g. hiburan dan permainan,
h. analisis permainan dan ketegangan,
i. analisis scenario

I. Keterbatasan Analisis Transaksional
1. Konsep dan prosedurnya tidak dapat dijadikan objek pengujian untuk mendapatkan vadilitas ilmiah
2. Data empiris yang objektif sangat kurang
3. Meminimalkan / mengabaikan aspek emosional

7.      Adlerian Therapy
Konsep Dasar
a.   Hakekat Manusia
Psikologi individual yang dipelopori oleh Alfred Adler, pengembangan dalam sistematika terapi dan konseling oleh Rudolf Dreikurs dan Don Dinkmeyer dengan nama Adlerian Counseling and Psychoteraphy. Pendekatan konseling ini beranggapan bahwa manusia sebagai makhluk sosial didorong oleh kebutuhan untuk ikut serta dan emnempatkan diri dalam kehidupan sosialnya. Manusia mengalami rasa rendah diri (inferiority feeling) karena berbagai kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Dengan kelemahan dan kekurangannya itu manusia berusaha untuk mencari keseimbangan dan kesempurnaan dan keuunggulan (striving for superiority) dalam satu atau beberapa hal sehingga merasakan kepuasan. Guna mencapai kesempurnaan dan keunggulan itu manusia – pada masa muda/kecil – mengembangkan gaya hidup (life style) yang menentukan kepercayaan-kepercayaan manusia mengenai hidup dan cara-cara menangani tugas-tugas hidup. Gaya hidup ini cenderung relative tetap dalam sepanjang hidup manusia.

b.   Hakekat Tingkah Laku
Pendekatan Adlerian berpandangan bahwa tingkah laku merupakan bentuk usaha manusia merealissasikan gaya hidup dalam rangka mencapai kesempurnaan dan keunggulan dalam hubungannya dengan perasaan rendah diri yang dimiliki. Sehingga perilaku bermasalah menurut pandangan pendekatan ini adalah segala bentuk tingkah laku yang tidak bahagia sebagai akibat dari gaya hidup yang tidak konstrukif.




Proses Konseling
a.   Hakekat dan Tujuan Konseling
Mengacu pada hakekat tingkah laku dan tingkah laku bermasalah, konseling pada dasarnya merupakan bantuan kepada individu manusia dalam upaya menemukan dan merekonstruksi gaya hidup yang lebih konstruktif dalam rangka mencapai kesempurnaan dan keunggulan. Dengan demikian tujuan konsleing adalam membantu dan mendorong klien mengembangkan potensinya dalam merekonstruksi gaya hidupnya dengan mengembangkan tujuan-tujuan hidup yang berguna bagi kehidupan pribadi dalam partisipasinya pada masyarakat sehingga klien dapat mencapai kebahagiaan. Secara khusus, tujuan konsleing adalah: (1) Membina minat sosial, (2) Membantu klien mengatasi perasaan kecil/rendah diri, (3) Mengubah motivasi keliru, (4) Membantu klien merasakan persamaan dengan orang lain.

b.   Teknik dan Prosedur Konseling
Pendekatan Adlerian tidak terikat pada suatu teknik, dan para pengikutnya mempunyai beraneka ragam gaya terapeutik, bahkan cenderung menjadi eklektik dalam mengambil dari teknik-teknik pendekatan lain yang dianggap cocok dengan kebutuhan klien. Beberapa teknik khusus yang sering dipergunakan dalam pendekatan Adlerian adalah menunjukkan, mendorong, konfrontasi, meringkas, interpretasi susunan keluarga, maksud yang bertanggungjawab, sugesti, dan tugas pekerjaan rumah.
Selama proses konseling, konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan klien dimasa sekarang, dan dimasa yang lalu sejak berusia sangat muda (peristiwa yang masih diingat, cita-cita, urutan kelahiran, impian-impian, dan tingkah laku aneh-aneh), kemudian dianalisis dengan usaha-usaha dimasa yang akan datang untuk menginterpretasikan gaya hidupnya.

8.      Eksistensialisasi Theraphy
Konsep Dasar
Sebenarnya Eksistensial “Humanistik” dengan tokoh Victor Frankl dan Rollo May ini bukan terapi, tetapi filsafat sebagai pendekatan yang berkembang dari reaksi terhadap dua model besar dalam terapi, yaitu Psikoanalisis dan Behaviorisme.
Dalam pandangan Victor Frankl sebagai tokoh Logo Therapy (Logo Therapy adalah terapi yang menekankan pada kebermaknaan hidup dengan amalan) yang juga bicara eksistensial “humanistic”, terapis memasuki dunia subyektif klien tanpa praduga apapun. Sedang Sigmund Freud memasuki dunia klien dengan memaksakan pendapatnya dalam bentuk interpretasi.

a.   Konsep Utama
Konsep utama Eksistensial humanistic adalah freedom (kebebasan) dan responsibility (tanggung jawab). Manusia disamping ada keunikan diri sendiri, ia “manusia” tidak lepas dari keberadaan orang lain. Gejala alienasi (penyimpangan) merupakan gejala keterasingan dengan diri sendiri, dengan lingkungannya, atau dengan Tuhannya, sehingga individu yang bersangkutan kehilangan eksistensi diri.

Eksistensial Humanistik diperlukan bagi individu yang mengalami kekosongan batin; tingkah lakunya merupakan refleksi dari apa yang diharapkan orang lain pada dirinya; misalnya, dengan terpaksa, terlanjur, dsb.Dosa eksistensial dalam bentuk memilih tidak memililh dalam situasi memilih dengan pilihan semakin banyak/kesadaran makin luas; tidak pernah memilih/kesadaran sempit.Ada persamaan dan perbedaan antara Eksistensial dan Humanistik. Persamaan dan perbedaan itu adalah sebagai berikut:
(1)   Persamaan: Eksistensial Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan Humanistic Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan & Personal responsibility).
(2)   Perbedaan: Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia tidak ada internal nature) VS. Humanistic Therapy (Tidak terlalu menekankan kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk membuktikan mendapat kondisi natural yang tumbuh secara otomatik).

b.   Tingkah laku bermasalah (patologis) dan sehat
Perkembangan kepribadian normal berlandaaskan pada keunikan masing-masing individu. Determinasi diri dan kecenderungan kearah pertumbuhan adalah gagasan-gagasan sentral. Kondisi tingkah laku patologis merupakan akibat dari kegagalan dalam mengaktualisaasikan potensi diri, yang ditandai dengan rasa bersalah eksitensial dan rasa bersala neurotik, serta antara kecemasan eksistensial dan kecemasan neurotik.

Tujuan Konseling
Tujuan konseling Eksistensial Humanistik adalah membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri sehingga klien bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.Untuk mencapai tujuan tersebut konseling Eksistensial Humanistik menyajikan kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan dengan menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi diri.

Hubungan terapeutik dalam konseling
Tugas utama konselor Eksistensial Humansitik adalah menangkap secara akurat potensi dan keunikan yang ada pada diri pribadi klien serta menciptakan pertemuan yang bersifat pribadi dan keunikan yang ada pada diri pribadi klien serta menciptakan pertemuan yang bersifat pribadi dan otentik dengan klien. Sedang klien berusaha menemukan secara akurat potensi dan keunikan diri pribadinya dalam rangka mengatasi hambatan aktualisasi diri, sehingga dengan demikian dengan penuh kesadaran memilih secara bebas dan bertanggung jawab arah kehidupannya.




Teknik terapi dalam konseling

Pemerataan konseling Eksistensial Humanistik menekankan dan mendahulukan pemahaman (insight) dan merasakan tentang diri sendiri alih-alih (bukannya) teknik. Sehingga pendekatan konseling ini bisa meminjam teknik-teknik dari pendekatan konsleing lain. Prosedur diagnosis, testing, serta pengukuran psikologis dan eksternal yang lain dipandang oleh pendekatan ini tidak penting.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar