Teknik-teknik
Konseling berdasarkan beberapa pendekatan:
1.
Psikoanalisa
·
Asosiasi bebas, yaitu
mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam
pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang
terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien mengungkapkan
pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan
pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
·
Analisis mimpi, klien
diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan
konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena
pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun
muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya
mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
·
Interpretasi, yaitu
mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam
asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan,
menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang
termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
·
Analisis resistensi;
resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan
klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor
meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
·
Analisis transferensi.
Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu.
Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan
konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang
oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien
bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral,
objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
2.
Behavioristik
Teknik-teknik
dalam melangsungkan konseling dengan pendekatan konseling behavioral tidak
hanya tertuju pada hukum-hukum belajar, akan tetapi dapat diterapkan dengan
pemaduan pendekatan lain yang muaranya sama pada batasan perubahan tingkah laku
nyata, baik dalam menampilkan tingkah laku baru maupun menghilangkan tingkah
laku yang tidak diinginkan. Adapun teknik konseling behavioral dikelompokkan
dalam tiga bagian yaitu :
a.
Teknik Memperkuat Tingkah Laku
1)
Shaping, adalah mengganjarkan tingkah
laku dengan terus menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai hubungan.
Tingkah laku yang tidak pernah dimunculkan tidak dapat direinfors. Shaping
dilakukan melalui sejumlah pendekatan yang berangsur, dan dalam prosesnya akan
terdapat tingkah laku yang direinfors dan ada yang tidak. Pada setiap tahap,
konselor diharapkan dapat memberikan reinfors sampai pada tahap perilaku yang
diinginkan itu muncul.
Contoh : lelaki yang takut berhubungan dengan
wanita :
Proses
shaping : Menatap-tersenyum-menyapa-menciptakan percakapan-berkenalan-mengajak
makan malam-pacaran.
2)
Behavior Contract, yaitu kontrak
tingkah laku yang syarat mutlaknya terdapat pada batasan yang cermat mengenai
problem klien, situasi dimana hal itu diekspresikan, dan kesediaan klien dalam
prosedur. Konselor hendaknya merincikan tugas yang mesti dilakukan klien dan
kriteria sukses yang direinforcement. Caranya adalah dengan (a) menyatakan
kontrak dalam kalimat positif, (b) mengatur tugas dan kriteria yang mungkin
dicapai, (c) memberi penguatan secepat mungkin, (d) mendorong individu untuk
mengembangkan self-reinforcing, dan (e) menggunakan kontrak bertingkat
yang mengacu pada tugas, kemudian
diikuti hadiah yang menimbulkan kontrak baru, dan seterusnya.
3)
Assertive Training, yaitu latihan
ketegasan, dengan menggunakan teknik latihan permainan peran. Proses shaping
terjadi apabila tingkah laku baru mendekati tingkah laku yang diinginkan.
Latihan ini dapat diberikan kepada klien dengan kriterium masalah (Corey, 2007)
sebagai berikut antara lain :
- Orang yang tidak dapat menyatakan kemarahan
atau kejengkelannya
- Orang yang memiliki kesopanan yang
berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan daripadanya
- Orang yang berkesulitan mengatakan “tidak”
- Orang yang berkesulitan menyatakan kecintaan
dan respon-respon positif lainnya
- Orang yang merasa tidak mempunyai hak untuk
menyatakan perasaan dan pikirannya
b.
Modelling
Penggunaan
model dalam konseling ini bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru dengan
mengamati model dan mempelajari keterampilannya. Teknik ini juga diperuntukkan
bagi klien yang telah memiliki
pengetahuan tentang penampilan tingkah laku tetapi belum dapat
menampilkannya. Proses terapeutik dalam bentuk Modelling ini akan membantu/mempengaruhi
tingkah laku yang lemah atau memperkuat tingkah laku yang siap dipelajari dan
memperlancar respon. Teknik konseling Modelling ini dapat berupa :
1)
Proses Mediasi, yaitu proses terapeutik yang memungkinkan penyimpanan dan
recall asosiasi antara stimulus dan respon dalam ingatan. Dalam prosesnya, mediasi melibatkan empat aspek yaitu atensi,
retensi, reproduksi motorik, dan insentif. Atensi pada respon model akan
diretensi dalam bentuk simbolik dan diterjemahkan kembali dalam bentuk tingkah
laku (reproduksi motorik) yang insentif.
2)
Live Model dan Symbolic Model, yaitu model hidup yang diperoleh klien dari
konselor atau orang lain dalam bentuk tingkah laku yang sesuai, pengaruh sikap,
dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan. Keberadaan konselor pun dalam
keseluruhan proses konseling akan membawa pengaruh langsung (live model) baik
dalam sikap yang hangat maupun dalam sikap yang dingin. Sedangkan symbolic
model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman lainnya.
3)
Behavior Rehearsal, yaitu latihan tingkah laku dalam bentuk gladi dengan cara
melakukan atau menampilkan perilaku yang mirip dengan keadaan sebenarnya. Bagi
klien teknik ini sekaligus dapat dijadikan refleksi, koreksi, dan balikan yang ia peroleh dari konselor dalam upaya
mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan dan ia katakana.
4)
Cognitive Restructuring, yaitu proses menemukan dan menilai kognisi seseorang,
memahami dampak negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar
mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan lebih
cocok. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang korektif,
belajar mengendalikan pemikiran sendiri, menghilangkan keyakinan irrasional,
dan menandai kembali diri sendiri.
5)
Covert Reinforcement, yaitu teknik yang memakai imajinasi untuk menghadiahi
diri sendiri. Teknik ini dapat dilangsungkan dengan meminta klien untuk
memasangkan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan sesuatu yang
sangat negatif, dan memasangkan imaji sesuatu yang dikehendaki dengan imaji
sesuatu yang ekstrim positif.
c.
Teknik Melemahkan Tingkah Laku
1)
Extinction, yaitu proses mengurangi frekuensi terjadinya suatu tingkah laku
dengan menghilangkan reinforcementnya.
2)
Reinforcing Incompatible Behavior, yaitu proses memperkuat tingkah laku positif
dengan memberikan reinforcers pada respon yang diinginkan dan mengurangi
tingkah laku yang negatif dengan cara mengabaikannya.
3)
Relaxation Training, yaitu teknik rileksasi untuk menanggulangi tekanan-tekanan
(stress) yang ditimbulkan oleh keadaan hidup sehari-hari. Teknik ini diberikan
kepada klien agar memperoleh pengenduran otot-otot dan mental yang terganggu
tersebut.
4)
Systematic Desensitization, yaitu
prosedur terapeutik yang dipakai dalam berbagai keadaan yang berhubungan dengan
kecemasan, ketakutan, dan reaksi phobia. Dalam teknik ini, klien dilatih untuk
rileks selama kurang lebih 30 menit, dan kemudian klien menyusun situasi
stimulus yang didalamnya mereka mengalami cemas. Sedangkan konselor membantu
mengidentifikasi dan menyusun situasi dari pengalaman yang tingkat kecemasannya
rendah sampai yang tertinggi.
Setelah
klien benar-benar rileks, konselor dapat memulai teknik terapeutik dengan cara
meminta klien memejamkanmatanya dan konselor mulai menggambarkan seri-seri
adegan dan meminta klien untuk membayangkan dirinya dalam setiap adegan
tersebut. Konselor bergerak secara progresif ke hierarki sampai klien
memberikan tanda mengalami kegelisahan. Adegan dihentikan apabila klien mampu
tetap rilek dalam reinforcement yang sebelumnya dianggap menggelisahkan.
5)
Satiation, yaitu proses memberikan reinforcement yang berlebihan sehingga
reinforcement kehilangan nilainya sebagai penguat. Satiation dapat dilakukan
dengan membanjiri klien dengan stimulus yang sama hingga stimulus tidak lagi
direspon.
3.
Rasional
emotive therapy
Pendekatan
konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif,
afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik
dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
Teknik-Teknik
Emotif (Afektif)
a.
Assertive adaptive
Teknik
yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara
terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b.
Bermain peran
Teknik
untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan
negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien
dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c.
Imitasi
Teknik
untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
Teknik-teknik
Behavioristik
a.
Reinforcement
Teknik
untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan
jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini
dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada
klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan
reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai
yang diharapkan kepadanya.
b.
Social modeling
Teknik
untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan
agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan
menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah
tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
Teknik-teknik
Kognitif
a.
Home work assigments,
Teknik
yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan
diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah
laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat
mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional
dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan
tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan
home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu
pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta
kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
b.
Latihan assertive
Teknik
untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku
tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru
model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
(a)
mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan
emosinya;
(b)
membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa
menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
(c)
mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d)
meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang
cocok untuk diri sendiri.
4.
Realitas
Therapy
A.
Konsep
Dasar
Terapi
Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh
guru atau konselor di sekolah daam rangka mengembangkan dan membina
kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi
tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Terapi
Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari
terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi
kenyataan tanpa merugikan siapapun.Terapi Realitas lebih menekankan masa kini,
maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa
lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh
kesuksesan pada masa yang akan datang.
Adalah
William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya,
bahwa tentang hakikat manusia adalah: bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang
tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki
keunikan dalam kepribadiannnya.Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk
tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual.
Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.Setiap potensi harus
diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan
bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
B.
Ciri-Ciri
Terapi Realitas
Menolak
adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku
tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
Berfokus
pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh
optimisme.Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku
yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan.
Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai
pengalaman yang berharga.Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari
kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif
yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi
oleh konseli .
Menekankan
aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa
yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku
nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna
dan disadarinya.Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang
mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan
disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku
nyata.Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya
dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.
C.
Tujuan
Terapi
Menolong
individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.Mendorong konseli agar berani
bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan
dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.Mengembangkan
rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian
yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan
individu untuk mengubahnya sendiri.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung
jawab atas kesadaran sendiri.
D.
Proses
Konseling (Terapi)
Konselor
berperan sebagai:
Motivator,
yang mendorong konseli untuk: (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik
dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang klien
untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu
yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkandirinya sendiri.
Penyalur
tanggung jawab, sehingga: (a) keputusan terakhir berada di tangan konseli; (b)
konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai
perilakunya sendiri.
Moralist;
yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang
dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung
jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat
bertanggung jawab terhadap perilakunya.Guru; yang berusaha mendidik konseli
agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya.Pengikat janji
(contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik
berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun
akibat yang ditimbulkannya.Teknik-Teknik dalam Konseling
·
Menggunakan role playing
dengan konseli
·
Menggunakan humor yang
mendorong suasana yang segar dan relaks
·
Tidak menjanjikan
kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk
melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
·
Menolong konseli untuk
merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
·
Membuat model-model
peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
·
Membuat batas-batas
yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
·
Menggunakan terapi
kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan
perilakunya yang tak pantas.
·
Ikut terlibat mencari
hidup yang lebih efektif.
5.
Gestalt
Theraphy
Terapi
Gestalt merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan pengalaman yang menekankan
kesadaran yang ada saat ini dan yang menekankan kualitas hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Tujuan pendekatan ini adalah terlebih adalah
hanyalah untuk mencapai kesadaran.
Tujuan
terapi yang lain adalah untuk membantu klien dalam untuk mengeksplorasikan
bagaimana mereka menjalin hubungan dengan unsur-unsur lingkungannya. Perubahan
terjadi seiring dengan tingginya tingkat kesadaran akan apa yang ada.
Ahli
terapi dengan klien bekerjasama untuk mengidentifikasi “gambaran sosok” atau
aspek perilaku realitas individu dan dan lingkungan
Kontribusi
terapi Gestalt
Salah
satu kontribusi terapi Gestalt adalah cara membangkitkan gairah klien untuk
mempersoalkan dan merubah perilakunya dimasa lalu pada aspek-aspek yang relevan
kepada keadaan yang ada saat ini.
Cain
(2002) mengidentifikasi kontribusi-kontribusi signifikan dari pendekatan terapi
Gestalt :
•
Pentingnya bersikap kritis terhadap hubungan dengan diri sendiri (introspeksi
diri), orang lain dan lingkungan.
•
Aturan pokok hubungan yang murni dan dialog di dalam terapi
•
Penekanan teori lapangan, phenomenologi dan kesadaran.
•
Terapi terfokus pada keadaan saat ini, disini dan sekarang yang dialami klien.
•
Penggunaan eksperimen-eksperimen aktif yang kreatif dan spontan sebagai jalan
untuk pembelajaran eksperiental (berdasarkan pengalaman)
Metode
Gestalt membawa konlik dan perjuangan hidup manusia. Terapi Gestalt merupakan
pendekatan yang kreatif yang menggunakan eksperimen untuk memindahkan klien
dari bicara/ omong kepada tindakan dan pengalaman.
TerapI
Gestalt merupakan pendekatan holistik yang menilai setiap aspek kesetaraan
pengalaman individu. Dan terapi Gestalt beroperasi dengan angan-angan yang unik
tentang perubahan.
Strumpel
dan Goldman (2002) mencatat manfaat dari penggunaan terapi Gestalt :
•
Manfaat studi yang ditunjukan oleh terapi Gestalt, sama bahkan lebih luar biasa
dibanding dengan terapi-terapi yang lain.
•
Kebanyakan Studi-studi saat ini menunjukan bahwa terapi Gestalt memilki
pengaruh yang bermanfaat pada gangguan kepribadian, masalah psikosomatik, dan
kecanduan zat-zat addiktif.
•
Pengaruh terapi Gestalt Cenderung stabil dalam tindak lanjut studi 1-3 tahun
setelah treatmen selesai.
•
Terapi gestalt telah menunjukan effektifitasnya dalam mengobati gangguan
psikologis yang bermacam-macam.
6.
Transaksional
Therapy
A.
Konsep Dasar
Pada hakekatnya manusia adalah :
1. Kehidupan manusia bukanlah
merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik)
2. Manusia mampu memahami
keputusan-keputusannya pd masa lalu & kemudian dpt memilih untuk memutuskan
kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yg pernah diambil
3. Manusia mempunyai kapasitas
untuk memilih & dlm tingkat sesadaran tertentu indv dpt menjadi mandiri dlm
menghadapi persoalan hidupnya
4. Hekekat manusia selalu
ditempatkan dlm interaksi & interelasi sbg dasar pertumtumbuhan dirinya.
B.
Struktur Kepribadian
a. Kepribadian manusia terdiri dari
3 status ego : ego orang tua, ego orang dewasa dan ego anak
b. Ego orang tua : bagain dari
kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus &
semestinya)
c. Ego dewasa : bagian dari
kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, tidak menghakimi,
berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk
menggunakan informasi yang tersdia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik
dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi
hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dalam menghadapi
kehidupan.
d. Ego anak : bagian dari
kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan,
berubah-ubah, ingin tahu dan sebaginya. Ego Anak berisi perasaan-perasaan,
dorongan-dorongan , dan tindakan –tindakan spontan
C.
Asumsi Perilaku Bermasalah
Menolak
konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya
terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.
D.
Tujuan Konseling
a. Membantu klien untuk membuat
keputusan-keputusan baru yg menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah
Hidupnya
b. Memberikan kepada klien suatu
kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan
menganai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang
bersifat deterministik
c. Memberikan bantuan kepada klien
berupa kemungkinan-kemungkinan yg dpt dipilih untuk memantapkan dan mematangkan
stutus egonya
d. Pencapaian otonomi yg diwujudkan
oleh penemuan kembali 3 karakteristik yaitu kesadaran, spontanitas dan
keakraban
E.
Fungsi dan Peranan Konselor
Konselor berperan
sebagai guru, pelatih dan narasumber
Sebagai
guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis
transaksional analisis skenario, dan analisis permainan
Sebagai
pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasanya
sendiri. Membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yg tdk
menguntungkan Menolong klien mendptkan perangkat yg diperlukan untuk mendptkan
perubahan.
Tugas
kunci konselor adalah menolong klien untuk menemukan kekuatan internal guna
mengambil keputusan yg cocok
F.
Pengalaman Klien dalam Konseling
Klien
adalah agen yang aktif dalam proses konseling. Sejak awal klien menjelaskan dan
menyatakan tujuan konselinya sendiri dalam formulir kontrak. Klien
bereksperimen dg cara-cara baru dlm bertingkah laku. Para klien memperlihatkan
kesediaan untuk berubah dengan benar-benar berbuat.
G.
Hubungan dalam Konseling
Baik
konselor maupun klien memiliki tanggung jawab bersama, sama sama aktif dalam
proses konseling, implikasinya :
a.
Tdk ada jurang pengertian antara konselor & klien
b.
Klien memiliki hak yg sama dg konselor
c. Kontrak memperkecil perbedaan
status dan menekankan persamaan di antara konselor & klien
H.
Teknik – teknik Konseling
1.
Konsep dan teknik utama dalam AT secara khusus dilakukan dalam situasi kelompok
2.
Ada beberapa teknik dasar dalam konseling AT, yaitu :
a.
analisis struktural,
b.
analisis transaksional,
c.
kursi kosong,
d.
bermaian peran,
e.
percontohan keluarga,
f.
analisis ritual;
g.
hiburan dan permainan,
h.
analisis permainan dan ketegangan,
i.
analisis scenario
I.
Keterbatasan Analisis Transaksional
1.
Konsep dan prosedurnya tidak dapat dijadikan objek pengujian untuk mendapatkan
vadilitas ilmiah
2.
Data empiris yang objektif sangat kurang
3.
Meminimalkan / mengabaikan aspek emosional
7.
Adlerian
Therapy
Konsep
Dasar
a. Hakekat Manusia
Psikologi
individual yang dipelopori oleh Alfred Adler, pengembangan dalam sistematika
terapi dan konseling oleh Rudolf Dreikurs dan Don Dinkmeyer dengan nama
Adlerian Counseling and Psychoteraphy. Pendekatan konseling ini beranggapan
bahwa manusia sebagai makhluk sosial didorong oleh kebutuhan untuk ikut serta
dan emnempatkan diri dalam kehidupan sosialnya. Manusia mengalami rasa rendah
diri (inferiority feeling) karena berbagai kekurangan dan kelemahan yang ada
pada dirinya. Dengan kelemahan dan kekurangannya itu manusia berusaha untuk
mencari keseimbangan dan kesempurnaan dan keuunggulan (striving for
superiority) dalam satu atau beberapa hal sehingga merasakan kepuasan. Guna
mencapai kesempurnaan dan keunggulan itu manusia – pada masa muda/kecil – mengembangkan
gaya hidup (life style) yang menentukan kepercayaan-kepercayaan manusia
mengenai hidup dan cara-cara menangani tugas-tugas hidup. Gaya hidup ini
cenderung relative tetap dalam sepanjang hidup manusia.
b. Hakekat Tingkah Laku
Pendekatan
Adlerian berpandangan bahwa tingkah laku merupakan bentuk usaha manusia
merealissasikan gaya hidup dalam rangka mencapai kesempurnaan dan keunggulan
dalam hubungannya dengan perasaan rendah diri yang dimiliki. Sehingga perilaku
bermasalah menurut pandangan pendekatan ini adalah segala bentuk tingkah laku
yang tidak bahagia sebagai akibat dari gaya hidup yang tidak konstrukif.
Proses
Konseling
a. Hakekat dan Tujuan Konseling
Mengacu
pada hakekat tingkah laku dan tingkah laku bermasalah, konseling pada dasarnya
merupakan bantuan kepada individu manusia dalam upaya menemukan dan
merekonstruksi gaya hidup yang lebih konstruktif dalam rangka mencapai
kesempurnaan dan keunggulan. Dengan demikian tujuan konsleing adalam membantu
dan mendorong klien mengembangkan potensinya dalam merekonstruksi gaya hidupnya
dengan mengembangkan tujuan-tujuan hidup yang berguna bagi kehidupan pribadi
dalam partisipasinya pada masyarakat sehingga klien dapat mencapai kebahagiaan.
Secara khusus, tujuan konsleing adalah: (1) Membina minat sosial, (2) Membantu
klien mengatasi perasaan kecil/rendah diri, (3) Mengubah motivasi keliru, (4)
Membantu klien merasakan persamaan dengan orang lain.
b. Teknik dan Prosedur Konseling
Pendekatan
Adlerian tidak terikat pada suatu teknik, dan para pengikutnya mempunyai
beraneka ragam gaya terapeutik, bahkan cenderung menjadi eklektik dalam
mengambil dari teknik-teknik pendekatan lain yang dianggap cocok dengan
kebutuhan klien. Beberapa teknik khusus yang sering dipergunakan dalam
pendekatan Adlerian adalah menunjukkan, mendorong, konfrontasi, meringkas,
interpretasi susunan keluarga, maksud yang bertanggungjawab, sugesti, dan tugas
pekerjaan rumah.
Selama
proses konseling, konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan klien
dimasa sekarang, dan dimasa yang lalu sejak berusia sangat muda (peristiwa yang
masih diingat, cita-cita, urutan kelahiran, impian-impian, dan tingkah laku
aneh-aneh), kemudian dianalisis dengan usaha-usaha dimasa yang akan datang
untuk menginterpretasikan gaya hidupnya.
8.
Eksistensialisasi
Theraphy
Konsep
Dasar
Sebenarnya
Eksistensial “Humanistik” dengan tokoh Victor Frankl dan Rollo May ini bukan
terapi, tetapi filsafat sebagai pendekatan yang berkembang dari reaksi terhadap
dua model besar dalam terapi, yaitu Psikoanalisis dan Behaviorisme.
Dalam
pandangan Victor Frankl sebagai tokoh Logo Therapy (Logo Therapy adalah terapi
yang menekankan pada kebermaknaan hidup dengan amalan) yang juga bicara
eksistensial “humanistic”, terapis memasuki dunia subyektif klien tanpa praduga
apapun. Sedang Sigmund Freud memasuki dunia klien dengan memaksakan pendapatnya
dalam bentuk interpretasi.
a. Konsep Utama
Konsep
utama Eksistensial humanistic adalah freedom (kebebasan) dan responsibility
(tanggung jawab). Manusia disamping ada keunikan diri sendiri, ia “manusia”
tidak lepas dari keberadaan orang lain. Gejala alienasi (penyimpangan)
merupakan gejala keterasingan dengan diri sendiri, dengan lingkungannya, atau
dengan Tuhannya, sehingga individu yang bersangkutan kehilangan eksistensi diri.
Eksistensial
Humanistik diperlukan bagi individu yang mengalami kekosongan batin; tingkah
lakunya merupakan refleksi dari apa yang diharapkan orang lain pada dirinya;
misalnya, dengan terpaksa, terlanjur, dsb.Dosa eksistensial dalam bentuk
memilih tidak memililh dalam situasi memilih dengan pilihan semakin
banyak/kesadaran makin luas; tidak pernah memilih/kesadaran sempit.Ada
persamaan dan perbedaan antara Eksistensial dan Humanistik. Persamaan dan
perbedaan itu adalah sebagai berikut:
(1) Persamaan:
Eksistensial Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan
Humanistic Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan &
Personal responsibility).
(2) Perbedaan:
Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia tidak ada internal
nature) VS. Humanistic Therapy (Tidak terlalu menekankan kecemasan, tiap
manusia mempunyai potensi untuk membuktikan mendapat kondisi natural yang
tumbuh secara otomatik).
b. Tingkah laku bermasalah (patologis) dan
sehat
Perkembangan
kepribadian normal berlandaaskan pada keunikan masing-masing individu.
Determinasi diri dan kecenderungan kearah pertumbuhan adalah gagasan-gagasan
sentral. Kondisi tingkah laku patologis merupakan akibat dari kegagalan dalam
mengaktualisaasikan potensi diri, yang ditandai dengan rasa bersalah
eksitensial dan rasa bersala neurotik, serta antara kecemasan eksistensial dan
kecemasan neurotik.
Tujuan
Konseling
Tujuan
konseling Eksistensial Humanistik adalah membantu klien menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri sehingga klien
bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.Untuk mencapai
tujuan tersebut konseling Eksistensial Humanistik menyajikan kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan dengan menghapus penghambat-penghambat
aktualisasi potensi diri.
Hubungan
terapeutik dalam konseling
Tugas
utama konselor Eksistensial Humansitik adalah menangkap secara akurat potensi
dan keunikan yang ada pada diri pribadi klien serta menciptakan pertemuan yang
bersifat pribadi dan keunikan yang ada pada diri pribadi klien serta
menciptakan pertemuan yang bersifat pribadi dan otentik dengan klien. Sedang
klien berusaha menemukan secara akurat potensi dan keunikan diri pribadinya
dalam rangka mengatasi hambatan aktualisasi diri, sehingga dengan demikian
dengan penuh kesadaran memilih secara bebas dan bertanggung jawab arah
kehidupannya.
Teknik
terapi dalam konseling
Pemerataan
konseling Eksistensial Humanistik menekankan dan mendahulukan pemahaman
(insight) dan merasakan tentang diri sendiri alih-alih (bukannya) teknik.
Sehingga pendekatan konseling ini bisa meminjam teknik-teknik dari pendekatan
konsleing lain. Prosedur diagnosis, testing, serta pengukuran psikologis dan
eksternal yang lain dipandang oleh pendekatan ini tidak penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar