Pendahuluan
Setiap hari dalam kehidupan kita
pasti mendengarkan bermacam-macam suara, baik itu suara percakapan, dering
telepon, music, kendaraan dll, dan tanpa disadari suara-suara tersebut dapat
menimbulkan masalah dalam kehidupan kita. Gangguan suara tersebut timbul karena
tingkat volume suarayang terlalu besar sehingga tidak nyaman di telinga kita,
atau karena frekuensi dari suara yang timbul tersebut sehingga kita merasa
bising dan tidak nyaman dengan hal tersebut.
Kebisingan dewasa ini merupakan
salah satu masalah bagi kesehatan lingkungan, karena dapat menyebabkan gangguan
bak secara fisik maupun secara psikologis. Menurut Bell P. A, dkk, 1996, definisi secara sederhana dari kebisingan
adalah suara yang tidak diinginkan. Sasongko,
2000, mendefinisikan kebisingan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki karena
tidak sesuai konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Pengertian tersebut dapat dijelaskan
dalam suatu aplikasi dimana kita akan sangat menikmati lantunan musik disco
saat kita mendengarkannya saat waktu senggang di kamar kita, namun bila musik
tersebut mengganggu saat kita belajar atau tidur maka musik tersebut dapat
dikatakan menimbulkan kebisingan.
Kebisingan merupakan bagian dari
kondisi lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat
mempengaruhi keseimbangan kehidupan antara manusia dan lingkungannya.
Kebisingan merupakan salah satu bentuk polusi yang bersumber dari suara, oleh
karena itu bila hal tersebut tidak dapat dihilangkan, maka diperlukan suatu
cara yang dapat mereduksi suara tersebut untuk meminimalkan efek dari suara
bising tersebut. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai Kebisingan, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kebisingan, dampak
bagi kesehatan manusia serta bagaimana cara mengatasi/mengurangi kebisingan.
Isi
Pengertian
Bising
Bising yang diartikan sebagai suara
yang tidak dikehendaki menimbulkan suatu pengertian yang bersifat subyektif. Hal
tersebut berarti bahwa suara yang yang didengar oleh individu pada suatu momen
dan tempat tertentu dapat dianggap bukan sebagai sumber kebisingan, namun pada
momen dan tempat yang lain dianggap sebagai suara yang bising. Dalam kesehatan
kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik
secara kwantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kwalitatif
(penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas ,
frekuensi, durasi, dan pola waktu.
Suara dikatakan bising bila
suara-suara tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan
percakapan, gangguan tidur dan lain-lain (Suma’mur, 1996). Menurut Doelle
(1993): “suara atau bunyi secara fisik merupakan penyimpangan tekanan,
pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara
fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi
getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang telinga.” Senada dengan
hal itu Patrick (1977) menyatakan bahwa kebisingan dapat pula diartikan sebagai
bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya. Sedangkan menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 definisi
bising adalah “bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
kenyamanan lingkungan.
Bunyi
yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan.
Jenis-Jenis
Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan yang sering
ditemui menurut Suma’mur, 1996 adalah
sebagai berikut:
- Kebisingan
kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band
noise), misalnya mesin-mesin, kipasangin, dapur pijar dan lain-lain.
- Kebisingan
kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gasdan lain-lain.
- Kebisingan
terputus-putus (intermittent ), misalnya lalu lintas,suara kapal terbang
di lapangan udara.
- Kebisingan
impulsive (impact or impulsive noise), seperti tembakan bedil, atau
meriam, ledakan.
- Kebisingan
impulsive berulang, misalnya mesin tempa diperusahaan.
Sumber
Kebisingan
Bunyi yang menimbulkan kebisingan
bersumber dari sumber suara yang bergetar. Getaran tersebut akan menggetarkan
molekul udara di sekitarnya sehingga terjadi rambatan gelombang mekanik secara
longitudinal.
Sumber
bunyi yang menyebabkan kebisingan menurut sifatnya dibagi atas:
1.
Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan lainnya
2.
Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan
lainnya.
Sedangkan
sumber kebisingan ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu:
1. Sumber
bising yang berbentuk
sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya sumber
bising dari mesin-mesin
industri/mesin yang tak bergerak
2. Sumber
bising yang berbentuk
sebagai suatu garis, contohnya kebisingan
yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.(Sasongko,
2000)
Berdasarkan
letak dimana sumber suara tersebut berasal kebisingan terdiri atas:
1. Bising Interior
Merupakan
bising yang berasal
dari manusia, alat-alat
rumah tangga atau mesin-mesin
gedung yang antara lain disebabkan oleh
radio, televisi, alat-alat musik, dan juga
bising yang ditimbulkan
oleh mesin-mesin yang ada di
gedung tersebut seperti kipas
angin, motor kompresor
pendingin,pencuci piring dan lain-lain.
2. Bising Eksterior
Bising yang
dihasilkan oleh kendaraan
transportasi darat, laut, maupun
udara, dan alat-alat konstruksi.
Nilai
Ambang Kebisingan
Dari definisi kebisingan yang telah
dikemukakan di atas, tidak semua suara yang kita dengar adalah suara bising.
Kebisingan terjadi bila suara tersebut tidak kita kehendaki atau bila suara
tersbut melebihi Nilai Ambang Kebisingan (NAB). NAB merupakan batas maksimal
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau
kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Ambang
batas kebisingan menurut Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996 untuk wilayah perumahan dan
lingkungan kegiatan seperti rumahsakit, sekolah, dan tempat ibadah adalah
sebesar 55 db.
Dampak
kebisingan
Suara yang tidak diinginkan akan
dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap kesehatan baik secara fisik
maupun secara psikologis. WHO sebagai badan kesehatan dunia mengakui bahwa efek
kesehatan penduduk yang berasal dari kebisingan, dapat menebabkan berbagai
gangguan antara lain ketergangguan pola tidur, kardiovaskuler, sistem pernafasan,
psikologis, fisiologis, dan pendengaran. Kebisingan juga berpengaruh negatif
dalam komunikasi, produktivitas
dan perilaku sosial. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan pada
indera pendengaran antara lain trauma
akustik, ketulian sementara,
hingga ketulian permanen. Trauma akustik
adalah gangguan pendengaran yang
disebabkan oleh pemaparan tungal akibat intensitas kebisingan
yang sangat tinggi
dan terjadi secara tiba-tiba.
Ketulian sementara merupakan gangguan
pendengaran yang sifatnya sementara,
daya dengar mampu pulih kembali berkisar dari beberapa menit sampai beberapa
hari (3-10 hari) (anonymus). Besar kecilnya dampak yang ditimbulkan tersebut
dipengaruhi oleh intensitas (loudness),
frekuensi, periodesitas
(kontinyu atau terputus)
dan durasinya.
Pengendalian
Kebisingan
Kebisingan tidak bisa kita hindarkan
karena kebisingan adalah efek dari timbulnya suara. Meskipun demikian bukan
berarti kebisingan diabaikan, kebisingan perlu untuk di kendalikan, karena bila
tidak hal tersebut dapat mengganggu kesehatan kita. Dalam proses pengendalian
kebisingan ini hal yang perlu dilakukan adalah melihat sumber, jalur dan
penerima suara, dan pengendaliannya dapat dilakukan dengan melakukan intervensi
terhadap ketiga hal tersebut.
Ada
dua jenis pengendalian
kebisingan, yaitu pengendalian
bising aktif (active
noise control) dan pengendalian bising pasif (passive noise control).
Pada Active Noise Control dapat dilakukan
dengan Kontrol pada
Sumber. Pengontrolan
kebisingan pada sumber
dapat dilakukan dengan
modifikasi sumber, yaitu
penggantian komponen atau mendisain
ulang alat atau
mesin supaya kebisingan
yang ditimbulkan bisa dikurangi. Program maintenance yang baik
supaya mesin tetap
terpelihara, dan penggantian proses. Misalnya
mengurangi faktor gesekan
dan kebocoran suara,
memperkecil dan mengisolasi
elemen getar, melengkapi peredam pada mesin, serta pemeliharaan rutin terhadap
mesin. Tetapi cara
ini memerlukan penelitian
intensif dan umumnya
juga butuh biaya
yang sangat tinggi (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003). Selain pengendalian
dengan melakukan kontrol
pada sumber bising,
pengendalian kebisingan juga dapat
dilakukan dengan pengendalian
pada medium perambatan.
Usaha ini bertujuan untuk menghalangi
perambatan suara dari
sumber suara yang
menuju ke telinga
manusia. Untuk menghalangi perambatan,
ditempatkanlah sound barrier antara
sumber suara dan telingan.
Pemblokiran rambatan ini
hanya akan berhasil
jika sound barrier tidak ikut
bergetar (resonansi) saat tertimpa
gelombang yang merambat,
hal ini sangat
tergantung pada bahan dimensi.
Daftar Pustaka
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-primanitam-6545-3-babii.pdf
diakses pada tanggal 22 November 2012
Dwi P. Sasongko.
2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Universitas Diponegoro.
http://id.scribd.com/doc/92574470/Kebisingan
diakses pada 21 November 2012
Suma’mur
P. K.1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar