sumber: www.quotesgram.com |
Menurut pavlov aktivitas manusia dapat dibedakan atas dua bagian
yaitu :
-
Aktivitas yang bersifat relatif
Organisme membuat suatu respon tanpa disadari sebagai suatu refleks terhadap suatu stimulus
2. Aktivitas yang disadari
Suatu stimulus yang diterima berpusat pada kesadaran yang kemudian
barulah menimbulkan suatu respon
barulah menimbulkan suatu respon
Pavlov mencoba melakukan suatu ekperimen dengan menggunakan
anjing sebgai bahan percobaan dan menurut pavlov ketika anjing
tersebut melihat suatu makanan maka akan memberikan suatu respon
dengan mengeluarkan air liur dan hal tersebut menurut pavlov itu
suatu kewajaran. Dalam teori ini pavlov tidak hanya memberikan suatu
stimulus sekali saja akan tetapi berkali-kali.
Proses diferensiasi dan dan generalisasi
Generalisasi adalah
proses berpindahnya suatu proses pada proses lainnya dalam setiap
stimulus/rangsangan akan tetapi akan tetap memberiakan respon yang
sama. Contohnya bila bel dibunyikan dan diberikan makan maka anjing
tersebut akan mengeluarkan liur(respon yang ditimbulkan) dan pada
saat saat bel ke dua dibunyikan maka akan tetapi makan tidak di
berikan maka respon yang di timbulan tetap sama anjing mengeluarkan
liurnya.
Deskriminasi adalah suatu proses dimana ketiaka kita mempelajari
suatu stimulus dan kemudian memberikan respon yang berbeda atau tidak
sesuai denag respon yang diharapkan maka akan tejadi suatu proses
penghapusan. Contohnya ketika seorang anak setiap jalan-jalan
diberiakan mainan yang dia suka reson yang ditimbulkan senang akan
tetapi jilka pada saat itu dia diberiakan mainan yang tidak disukai
maka anak tesebut akan memberikan respon penolakan.
Dalam teori pavlov ada beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu
:
-
Classical Conditioning
Proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan
dengan syarat adanya unsur-unsur seperti dorongan (drive),
rangsangan (stimulus),
respon (response),
dan penguatan (reinforcement).
Maka akan terjadi suatu dorongan atau keinginan untuk melakukan
sesuatu contohyanya seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan
bahan bacaan ringan untuk mengisi waktu senggangnya, maka ia
terdorong untuk mengambil buku tersebut sebagai suatu kebutuhan yang
akan terpenuhi.
Proses belajar akan terjadi secara terus menerus apabila stimulus
dan respon terus menerus mengami prses pembelajaran secara rutin
karna dalam suatu pembelajaran melibatkan unsur pikiran, ingatan,
kemauan, motivasi, dan lain-lain.
-
Aplikasi Classical Conditioning pada saat di kelas
1. Menjadikan lingkungan belajar yang nyaman dan
hangat, sehingga kelas menjadi suatu hubungan baik
2. Pada awal masuk kelas, guru memberikan suatu stimulus dengan
tersnyum sebagai bentuk awal pembelajaran.
3. Guru berusaha agar siswa dapat memberikan suatu respon yang baik
seperti yang diharapkan.
-
Dua hukum dari teori Pavlov yaitu:
1. Law of Respondent
Conditioning
Jika dua macam stimulus dihadirkan secara bersamaan maka salah
satunya berfungsi sebagai reinforcer, sehingga refleks dan stimulus
lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent
Extinction
Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning
itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka repon
yang ditimbulkan tidak akan sama lagi dengan respon yang sebelumya.
Dalam ekperimennya pavlov meberikan dua perbedaan yaitu: respon yang
tidak berkondisi(unconditioned response) dan stimulus yang wajar
yang bersifat alami(unconditioned stimulus) dan dapat di gambarkan:
Gambar ekperimen pavlov
Keterangan gambar :
-
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
-
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
-
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
-
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing.
Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga
terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
Ia melakukan percobaan terhadap anjing. Anjing tersebut diberi
makanan dan diberi lampu. Pada saat diberi makanan dan lampu
keluarkan respon anjing tersebut berupa keluamya air liur.
Demikian juga jika dalam pemberikan makanan tersebut disertai dengan
bel, air liur tersebut juga keluar.
Pada
saat bel atau lampu diberikan mendahului makanan, anjing tersebut
juga mengeluarkan air liur. Makanan yang diberikan tersebut oleh
Pavlov disebut sebagai perangsangan yang bersyarat, sementara bel
atau lampu yang menyertai disebut sebagai perangsang bersyarat.
Terhadap
perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat
tersebut, anjing memberikan respons berupa keluamya air liur.
Selanjutnya, ketika perangsang bersyarat (bel, lampu) diberikan tanpa
perangsang tak bersyarat anjing tersebut tetap memberikan respon
dalam bentuk keluarnya air liur. Oleh karena perangsang bersyarat
(sebagai pengganti perangsang tak bersyarat : makanan) ini ternyata
dapat menimbulakn respons, maka dapat berfungsi sebagai conditioned.
Karena itu, teori Pavlov ini dikenal teori classkal conditioning.
Menurut Pavlov pengkondisian yang dilakukan pada anjing demikian ini,
dapat juga berlaku pada manusia.
Teori kondisioning Pavlov tersebut dapat dimodelkan sebagai berikut
:
Bel / lampu + makan
air liur (berulang-ulang)
Bel / lampu
air liur
Teori kondisioning ini lebih
lanjut dikembangkan oleh Watson
(1970) adalah orang
pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar
berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa
belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau
respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Watson,
manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi
emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya
terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus-respon baru melalui
“conditioning”.
Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan
seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan
proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa di
barengi stimulus tak bersyarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar