Kamis, 12 November 2015

PSIKOLOGI BELAJAR MENURUT PAVLOV


sumber: www.quotesgram.com
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia dan pavlov dikenal sebagai lulus sarjana kedokteran dalam bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi Direktur Departemen Fisiologi Institute Of Experimental Medicine dan pada saat itu ia memulai penelitianya mengenai fisiologi pencernaan dan pada tahun 1904 ia mendapatkan suatu penghargaan nobel dalam bidang Physiology or Medicine dan pavlov berhasil mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.

Menurut pavlov aktivitas manusia dapat dibedakan atas dua bagian yaitu :
  1. Aktivitas yang bersifat relatif
    Organisme membuat suatu respon tanpa disadari sebagai suatu refleks terhadap suatu stimulus
    2. Aktivitas yang disadari
        Suatu stimulus yang diterima berpusat pada kesadaran yang kemudian
        barulah menimbulkan suatu respon 
Pavlov mencoba melakukan suatu ekperimen dengan menggunakan anjing sebgai bahan percobaan dan menurut pavlov ketika anjing tersebut melihat suatu makanan maka akan memberikan suatu respon dengan mengeluarkan air liur dan hal tersebut menurut pavlov itu suatu kewajaran. Dalam teori ini pavlov tidak hanya memberikan suatu stimulus sekali saja akan tetapi berkali-kali.

Proses diferensiasi dan dan generalisasi
Generalisasi adalah proses berpindahnya suatu proses pada proses lainnya dalam setiap stimulus/rangsangan akan tetapi akan tetap memberiakan respon yang sama. Contohnya bila bel dibunyikan dan diberikan makan maka anjing tersebut akan mengeluarkan liur(respon yang ditimbulkan) dan pada saat saat bel ke dua dibunyikan maka akan tetapi makan tidak di berikan maka respon yang di timbulan tetap sama anjing mengeluarkan liurnya.
Deskriminasi adalah suatu proses dimana ketiaka kita mempelajari suatu stimulus dan kemudian memberikan respon yang berbeda atau tidak sesuai denag respon yang diharapkan maka akan tejadi suatu proses penghapusan. Contohnya ketika seorang anak setiap jalan-jalan diberiakan mainan yang dia suka reson yang ditimbulkan senang akan tetapi jilka pada saat itu dia diberiakan mainan yang tidak disukai maka anak tesebut akan memberikan respon penolakan.

Dalam teori pavlov ada beberapa hal yang harus di perhatikan yaitu :
  • Classical Conditioning
Proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan dengan syarat adanya unsur-unsur seperti dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respon (response), dan penguatan (reinforcement). Maka akan terjadi suatu dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu contohyanya seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan bahan bacaan ringan untuk mengisi waktu senggangnya, maka ia terdorong untuk mengambil buku tersebut sebagai suatu kebutuhan yang akan terpenuhi.
Proses belajar akan terjadi secara terus menerus apabila stimulus dan respon terus menerus mengami prses pembelajaran secara rutin karna dalam suatu pembelajaran melibatkan unsur pikiran, ingatan, kemauan, motivasi, dan lain-lain.
  • Aplikasi Classical Conditioning pada saat di kelas
1. Menjadikan lingkungan belajar yang nyaman dan hangat, sehingga kelas menjadi suatu hubungan baik
2. Pada awal masuk kelas, guru memberikan suatu stimulus dengan tersnyum sebagai bentuk awal pembelajaran.
3. Guru berusaha agar siswa dapat memberikan suatu respon yang baik seperti yang diharapkan.

  • Dua hukum dari teori Pavlov yaitu:
1. Law of Respondent Conditioning
Jika dua macam stimulus dihadirkan secara bersamaan maka salah satunya berfungsi sebagai reinforcer, sehingga refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction
Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka repon yang ditimbulkan tidak akan sama lagi dengan respon yang sebelumya.
Dalam ekperimennya pavlov meberikan dua perbedaan yaitu: respon yang tidak berkondisi(unconditioned response) dan stimulus yang wajar yang bersifat alami(unconditioned stimulus) dan dapat di gambarkan:

Gambar ekperimen pavlov
















Keterangan gambar :
  • Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
  • Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
  • Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
  • Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
Ia melakukan percobaan terhadap anjing. Anjing tersebut diberi makanan dan diberi lampu. Pada saat diberi makanan dan lampu keluarkan respon anjing tersebut berupa keluamya air liur.
Demikian juga jika dalam pemberikan makanan tersebut disertai dengan bel, air liur tersebut juga keluar.
Pada saat bel atau lampu diberikan mendahului makanan, anjing tersebut juga mengeluarkan air liur. Makanan yang diberikan tersebut oleh Pavlov disebut sebagai perangsangan yang bersyarat, sementara bel atau lampu yang menyertai disebut sebagai perangsang bersyarat.
Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat tersebut, anjing memberikan respons berupa keluamya air liur. Selanjutnya, ketika perangsang bersyarat (bel, lampu) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat anjing tersebut tetap memberikan respon dalam bentuk keluarnya air liur. Oleh karena perangsang bersyarat (sebagai pengganti perangsang tak bersyarat : makanan) ini ternyata dapat menimbulakn respons, maka dapat berfungsi sebagai conditioned. Karena itu, teori Pavlov ini dikenal teori classkal conditioning. Menurut Pavlov pengkondisian yang dilakukan pada anjing demikian ini, dapat juga berlaku pada manusia.

Teori kondisioning Pavlov tersebut dapat dimodelkan sebagai berikut :
Bel / lampu + makan air liur (berulang-ulang)
Bel / lampu air liur
Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson (1970) adalah orang pertama di Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus-respon baru melalui “conditioning”.
Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Rasa takut dapat timbul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa di barengi stimulus tak bersyarat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar