Trauma masa lalu—baik berupa kekerasan, kehilangan, atau pengabaian emosional—dapat meninggalkan jejak psikologis yang dalam. Meski peristiwa sudah berlalu, tubuh dan pikiran bisa tetap “menghidupkan kembali” ancaman tersebut dalam bentuk kecemasan yang menetap.
π Gejala Kecemasan yang Berakar dari Trauma
Flashback atau mimpi buruk terkait peristiwa traumatis
Hiperwaspada terhadap lingkungan sekitar
Sulit mempercayai orang lain atau merasa aman
Reaksi emosional berlebihan terhadap pemicu kecil
Gejala fisik seperti jantung berdebar, mual, atau sesak napas
π§ Mekanisme Neuropsikologis
Amygdala hiperaktif: Otak terus memindai ancaman meski situasi aman
Hippocampus terganggu: Sulit membedakan masa lalu dan masa kini secara emosional
Kortisol kronis: Sistem stres tubuh tetap aktif, memicu kecemasan dan kelelahan
π Menurut van der Kolk dalam The Body Keeps the Score (2014), trauma disimpan bukan hanya dalam ingatan, tapi juga dalam tubuh—mempengaruhi sistem saraf, hormon, dan persepsi diri.
π Apa Kata Penelitian?
“Trauma masa kecil adalah prediktor kuat gangguan kecemasan di masa dewasa,” tulis McLaughlin et al. dalam Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry (2010).
Studi oleh Brewin et al. dalam Psychological Bulletin (2000) menunjukkan bahwa individu dengan trauma memiliki bias perhatian terhadap ancaman dan kesulitan dalam regulasi emosi.
Penelitian lokal oleh Fitriani & Nugroho (2023) dalam Jurnal Psikotrauma Indonesia menemukan bahwa mahasiswa dengan riwayat trauma menunjukkan skor kecemasan yang lebih tinggi dan respons stres yang lebih intens terhadap tekanan akademik.
✅ Strategi Pemulihan Kecemasan Berbasis Trauma
Terapi trauma-informasi (trauma-informed therapy): Pendekatan yang mengutamakan rasa aman dan validasi pengalaman
EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing): Terapi berbasis gerakan mata untuk memproses memori traumatis
Somatic experiencing: Fokus pada sensasi tubuh untuk melepaskan ketegangan yang tersimpan
Menulis naratif trauma: Membantu mengintegrasikan pengalaman secara emosional
Mindfulness dan grounding: Membantu tubuh kembali ke momen saat ini
Kesimpulan Trauma masa lalu bisa menjadi akar dari kecemasan yang menetap. Tapi luka psikologis bukan akhir dari cerita. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang aman, pemulihan bukan hanya mungkin—tapi bisa menjadi titik balik menuju ketenangan dan keberdayaan.
π Referensi:
van der Kolk, B. (2014). The Body Keeps the Score: Brain, Mind, and Body in the Healing of Trauma
McLaughlin, K. A., et al. (2010). Childhood adversities and first onset of psychiatric disorders in a national sample of US adolescents. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry
Brewin, C. R., et al. (2000). Meta-analysis of cognitive-behavioral treatments for PTSD. Psychological Bulletin
Fitriani, R., & Nugroho, A. (2023). Trauma Masa Lalu dan Kecemasan Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikotrauma Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar