Kamis, 25 September 2025

Kecemasan dan Overthinking: Ketika Pikiran Tak Mau Diam

 Overthinking adalah kondisi di mana pikiran terus berputar, menganalisis, dan membayangkan skenario negatif tanpa henti. Meski terlihat seperti “berpikir mendalam,” overthinking justru memperkuat kecemasan dan membuat individu merasa terjebak dalam ketidakpastian.

πŸ” Ciri-Ciri Overthinking yang Memicu Kecemasan

  • Mengulang-ulang kejadian masa lalu dan menyesali keputusan

  • Membayangkan skenario buruk yang belum tentu terjadi

  • Sulit mengambil keputusan karena takut salah

  • Merasa lelah secara mental meski tidak melakukan aktivitas fisik

  • Pikiran terasa “bising” dan sulit dikendalikan

🧠 Overthinking sering kali muncul sebagai bentuk coping yang tidak efektif terhadap rasa takut dan ketidakpastian.

πŸ“š Apa Kata Penelitian?

  • “Overthinking atau ruminasi berhubungan erat dengan peningkatan gejala kecemasan dan depresi,” tulis Nolen-Hoeksema dalam Journal of Abnormal Psychology (2000).

  • Studi oleh McLaughlin et al. dalam Clinical Psychology Review (2007) menunjukkan bahwa individu yang cenderung ruminatif memiliki respons stres yang lebih intens dan pemulihan emosional yang lebih lambat.

  • Penelitian lokal oleh Wulandari & Prasetyo (2023) dalam Jurnal Psikologi Kognitif Indonesia menemukan bahwa mahasiswa dengan skor tinggi pada skala overthinking menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan kesulitan dalam pengambilan keputusan akademik.

✅ Strategi Mengelola Overthinking

  • Latihan mindfulness: Fokus pada momen saat ini untuk menghentikan aliran pikiran berulang

  • Jurnal pikiran: Tuliskan isi pikiran dan tantang asumsi negatif yang muncul

  • Terapkan batas waktu berpikir: Misalnya, beri waktu 10 menit untuk merenung, lalu lanjutkan aktivitas

  • Gunakan teknik “thought stopping”: Katakan “cukup” secara mental saat pikiran mulai berputar

  • Alihkan perhatian ke aktivitas fisik atau kreatif: Jalan kaki, menggambar, atau mendengarkan musik

Kesimpulan Overthinking bukan tanda kecerdasan, tapi sinyal bahwa pikiran butuh istirahat. Dengan strategi yang tepat, kita bisa keluar dari lingkaran pikiran berlebihan dan kembali ke kehidupan yang lebih tenang dan produktif.

πŸ“š Referensi:

  • Nolen-Hoeksema, S. (2000). The role of rumination in depressive disorders and mixed anxiety/depressive symptoms. Journal of Abnormal Psychology

  • McLaughlin, K. A., et al. (2007). Ruminative thinking and its relation to anxiety and depression. Clinical Psychology Review

  • Wulandari, S., & Prasetyo, H. (2023). Overthinking dan Kecemasan Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologi Kognitif Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar