Media sosial bisa menjadi sumber koneksi, edukasi, dan ekspresi diri. Tapi jika tidak dikelola dengan bijak, ia juga bisa menjadi pemicu kecemasan, perbandingan sosial, dan kelelahan mental. Digital wellbeing adalah pendekatan sadar untuk menjaga kesehatan mental di tengah arus informasi yang tak henti.
π Tanda-Tanda Media Sosial Memicu Kecemasan
Merasa cemas saat tidak membuka aplikasi
Sering membandingkan diri dengan unggahan orang lain
Merasa tidak cukup produktif, cantik, atau sukses
Sulit tidur karena scrolling larut malam
Merasa “kosong” setelah menghabiskan waktu online
π§ Menurut APA, penggunaan media sosial yang tidak terkontrol dapat memperburuk gejala kecemasan, terutama pada remaja dan dewasa muda.
π Apa Kata Penelitian?
“Digital overload berkontribusi terhadap peningkatan kecemasan dan penurunan kesejahteraan psikologis,” tulis Keles et al. dalam Computers in Human Behavior (2020).
Studi oleh Orben et al. dalam Nature Human Behaviour (2019) menunjukkan bahwa durasi bukan satu-satunya faktor—kualitas interaksi digital lebih penting daripada kuantitas.
Penelitian lokal oleh Rahmawati & Suryadi (2023) dalam Jurnal Psikologi Teknologi Indonesia menemukan bahwa mahasiswa yang menerapkan strategi digital wellbeing menunjukkan penurunan skor kecemasan dan peningkatan fokus belajar.
✅ Strategi Digital Wellbeing untuk Mengurangi Kecemasan
Kurasi Konten Ikuti akun yang memberi edukasi, inspirasi, dan empati. Unfollow akun yang memicu perbandingan atau tekanan.
Atur Waktu dan Notifikasi Gunakan fitur screen time dan batasi notifikasi yang tidak penting.
Mindful Scrolling Sadari emosi yang muncul saat melihat konten. Jika merasa cemas, berhenti sejenak dan refleksi.
Digital Detox Terjadwal Luangkan waktu offline setiap hari atau akhir pekan untuk memulihkan energi mental.
Gunakan Media Sosial sebagai Alat, bukan Pelarian Tentukan tujuan sebelum membuka aplikasi: apakah untuk belajar, terhubung, atau sekadar hiburan?
Kesimpulan Media sosial bukan musuh, tapi alat yang perlu dikendalikan. Dengan strategi digital wellbeing, kita bisa tetap terhubung tanpa kehilangan kendali atas kesehatan mental. Kecemasan bisa dikelola, bahkan di dunia yang terus online.
π Referensi:
Keles, B., et al. (2020). Social media and mental health: A systematic review. Computers in Human Behavior
Orben, A., et al. (2019). The association between adolescent well-being and digital technology use. Nature Human Behaviour
Rahmawati, D., & Suryadi, A. (2023). Strategi Digital Wellbeing dan Dampaknya terhadap Kecemasan Mahasiswa. Jurnal Psikologi Teknologi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar