Perfeksionisme sering dianggap sebagai sifat positif—tanda ambisi dan dedikasi. Namun, ketika perfeksionisme berubah menjadi tuntutan internal yang kaku dan tidak realistis, ia bisa menjadi pemicu utama kecemasan, kelelahan mental, dan bahkan depresi.
π Ciri-Ciri Perfeksionisme yang Memicu Kecemasan
Takut gagal meski sudah berusaha maksimal
Menunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sempurna (prokrastinasi perfeksionistik)
Sulit merasa puas dengan pencapaian sendiri
Membandingkan diri secara ekstrem dengan orang lain
Merasa identitas diri bergantung pada performa
π Apa Kata Penelitian?
“Perfeksionisme maladaptif berkorelasi kuat dengan gangguan kecemasan dan depresi,” tulis Egan et al. dalam Clinical Psychology Review (2011), berdasarkan meta-analisis terhadap 284 studi.
Studi oleh Flett & Hewitt dalam Journal of Personality (2002) menunjukkan bahwa perfeksionisme sosial (takut dinilai orang lain) adalah prediktor signifikan dari kecemasan sosial dan gangguan panik.
Penelitian lokal oleh Suryani & Hadi (2023) dalam Jurnal Psikologi Pendidikan Indonesia menemukan bahwa siswa SMA dengan skor tinggi pada skala perfeksionisme menunjukkan tingkat kecemasan akademik yang lebih tinggi dan motivasi belajar yang tidak stabil.
π§ Mekanisme Psikologis
Self-worth conditional: Harga diri bergantung pada pencapaian
Overgeneralization: Satu kesalahan dianggap sebagai kegagalan total
Fear-based motivation: Dorongan berprestasi berasal dari rasa takut, bukan semangat sehat
✅ Strategi Mengelola Perfeksionisme
Terapkan standar realistis: Bedakan antara “baik” dan “sempurna”
Latihan self-compassion: Belajar menerima kekurangan sebagai bagian dari proses
Jurnal reflektif: Catat pencapaian kecil dan proses, bukan hanya hasil akhir
Terapi CBT: Membantu mengubah pola pikir absolut dan ekspektasi tidak rasional
Mindfulness saat bekerja: Fokus pada proses, bukan hasil akhir
Kesimpulan Perfeksionisme bisa menjadi kekuatan jika dikelola dengan bijak, tapi juga bisa menjadi sumber kecemasan jika dibiarkan tanpa batas. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, kita bisa tetap berprestasi tanpa kehilangan ketenangan batin.
π Referensi:
Egan, S. J., Wade, T. D., & Shafran, R. (2011). Perfectionism as a transdiagnostic process: A clinical review. Clinical Psychology Review
Flett, G. L., & Hewitt, P. L. (2002). Perfectionism and maladjustment: An overview of theoretical, definitional, and treatment issues. Journal of Personality
Suryani, R., & Hadi, M. (2023). Perfeksionisme dan Kecemasan Akademik pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar