sumber: en.wikipedia.org |
Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar
skinner
Ada dua prinsip dasar dari
pengkondisian, yaitu pengkondisian klasikal dan pengkondisian
operant/instrumetal.
1.
Pengkondisian klasikal (classical conditioning)
Prinsip ini pertama
kali diusulkan oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan bahwa
sebuah stimulus yang memunculkan sebuah respon dipasangkan dengan
stimulus lain yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama.
Dengan kata lain, kita dapat menyebut bahwa operasi dan respon kedua
dikondisikan untuk terjadi. Mari kita ambil contoh dengan
mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong daging, anjing
mulai mengeluarkan air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel sesaat
kita tampilkan daging. Pada awalnya, anjing mengeluarkan air liur
hanya saat daging ditampilkan. Namun setelah beberapa kali
penampilan, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur saat bel
dibunyikan (sebelum daging ditampilkan). Agen penguat di sini adalah
daging yang berfungsi sebagai penguat positif karena penampilan
daging meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan untuk muncul.
Lalu apa yang terjadi
jika kita menghentikan penampilan daging dan hanya membunyikan bel?
Untuk sesaat, anjing tetap akan mengeluarkan air liur terhadap bel,
namun lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya berhenti
mengeluarkan air liur. Proses tersebut dinamakan extinction
(pemusnahan). Hal tersebut menunjukkan perlunya melanjutkan
penguatan, karena tanpa penguatan (paling tidak saat-saat tertentu),
perilaku yang tidak otomatis (bukan refleks) akan menghilang
perlahan.
2.
Pengkondisian operan/instrumental
Pengkondisian
ini pertama kali diselidiki secara sistematis oleh E. L. Thorndike.
Teori Skinner berusaha menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai
belajar secara operan. Suatu operan adalah memancarkan, artinya suatu
organisme melakukan sesuatu tanpa perlu adanya stimulus yang
mendorong. Suatu reaksi sebagai kontras dari responden, yaitu suatu
tingkah laku yang dipelajari dengan teknik pengkondisian Pavlovian.
Operan dapat dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang
yang membangkitkan. Organisme selalu dalam proses “operating”
dalam lingkungannya. Artinya organisme tersebut selalu melakukan apa
yang dilakukannya. Selama “operating”,
organisme tersebut akan bertemu dengan stimulus-stimulus, yang
disebut reinforcing stimulus
(stimulus penguat).
Stimulus-stimulus
tersebut mempunyai pengaruh dalam menguatkan “operant” –
tingkah laku yang muncul sebelum reinforcer.
Jadi yang dimaksud dengan operant
conditioning adalah sebuah tingkah laku
diikuti dengan sebuah konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi
tersebut dapat merubah kecenderungan organisme untuk mengulang
tingkah laku tersebut di masa datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar