Rabu, 20 Desember 2023

Teori Kecemasan Freud

    Dalam Teori Kecemasan Freud, kecemasan diartikan sebagai suatu kondisi perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang mengingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Meskipun kondisi yang tidak menyenangkan itu sering tidak jelas dan sulit untuk diidentifikasi dengan tepat, kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. 
    Teori kecemasan Freud pertama kali didasarkan pada pemikiran berani yang mengungkapkan analogi antara reaksi tubuh yang ditunjukkan selama serangan kecemasan dengan yang terlihat saat berhubungan seksual (palpitasi, afas berat). 
    Teori koitus interuptus pertama kali diusulkan sekitar tahun 1894. Sebelumnya pada tahun 1890, Freud mengatakan melalui observasi klinis bahwa kecemasan adalah hasil dari "libido yang mengendap". Dia melihat kecemasan sebagai bagian penting dari sistem kepribadian, dan dia percaya bahwa kecemasan adalah landasan dan pusat dari neurosis dan psikosis. 
    Menurut Teori Kecemasan Freud, trauma masa lahir adalah dasar dari semua kecemasan. Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh koleganya Otto Rank. Pandangan Frued tentang kecemasan berubah. Mula-mula ia berpendapat bahwa kecemasan adalah akibat dari libido yang tidak terkontrol atau tidak terungkap. hubungan yang sangat berbeda dari orang neurotik dengan dunia dan orang-orang yang sering diungkpakan dalam kesulitan seksual Libido yang tidak diungkapkan atau energi dari dorongan seksual yang tertahan karena represi kemudian dilepaskan secara eksplosif dalam kondisi yang berubah, seperti kecemasan. 
    Menurut Freud, ada tiga jenis kecemasan (Semiun, 2006: 88): Ketakutan Realistik atau Objektif Kecemasan objektif, atau kecemasan realistik, hampir sama dengan ketakutan. Perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap bahaya yang mungkin terjadi adalah definisi kecemasan realistik ini (Semiun, 2006: 88). Kecemasan Neurosis Ketakutan ini berasal dari masa kecil, ketika konflik antara pemahaman instingtual dan kenyataan muncul. 
    Pada masa kecil, orang tua kadang-kadang menghukum anak karena memenuhi kebutuhan identitas yang tidak sesuai, terutama yang berkaitan dengan memenuhi hasrat seksual atau agresif. Anak-anak ini biasanya dihukum karena secara berlebihan mengekspresikan hasrat seksual atau agresif mereka. Ada harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu yang menyebabkan kecemasan atau ketakutan untuk itu muncul. Ketakutan akan dihukum karena menunjukkan perilaku impulsif yang didominasi oleh Id adalah kecemasan neurotik yang muncul. 
    Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketakutan muncul bukan karena ketakutan terhadap insting tersebut, tetapi karena ketakutan atas apa yang akan terjadi jika insting tersebut dipuaskan. Menurut Semiun (2006), konflik yang terjadi di antara Id dan Ego, yang kita ketahui, memiliki dasar dalam realitas. Ketakutan Moral Ketakutan ini berasal dari konflik antara Id dan superego, dan pada dasarnya adalah ketakutan akan suara hati seseorang. 
    Ketika seseorang terdorong untuk mengekspresikan keinginan instingtualnya yang bertentangan dengan nilai moral yang diinginkan dalam superegonya, mereka akan mengalami perasaan malu atau bersalah. Ia akan menemukan dirinya sebagai "conscience stricken" selama kehidupan sehari-hari, dan kecemasan moral menjelaskan bagaimana superego berkembang. Mereka yang memiliki kata hati yang kuat dan puritan biasanya akan menghadapi konflik yang lebih sulit daripada mereka yang memiliki toleransi moral yang lebih longgar. 
    Kecemasan moral, seperti neurosis, juga ada. Anak-anak akan dihukum jika melanggar peraturan yang ditetapkan orang tua mereka, dan orang dewasa juga akan dihukum jika melanggar kebiasaan masyarakat. Kecemasan moral disertai dengan rasa malu dan bersalah. Ada kemungkinan bahwa perasaan individu adalah yang menyebabkan kecemasan. Menurut Freud, superego memiliki kemampuan untuk memberikan hukuman yang setimpal atas pelanggaran aturan moral. 
    Ketakutan merupakan indikasi bahaya yang akan datang, suatu ancaman terhadap kebanggaan seseorang yang harus dihindari atau dilawan. Dalam situasi seperti ini, ego harus mengatasi ketidaksepakatan antara kemauan Id dan Superego. Menurut Freud, konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia karena lingkungan sosial dan moral membatasi insting untuk mencapai pemuasan, sehingga suatu pertahanan akan selalu berfungsi secara luas dalam kehidupan manusia. Semua tindakan dimotivasi oleh insting, dan seperti itu juga, semua tindakan memiliki pertahanan alami untuk melawan kecemasan. 
    Meskipun Freud menyarankan sejumlah mekanisme pertahanan, dia menyatakan bahwa orang jarang menggunakan satu. Orang biasanya menggunakan berbagai mekanisme pertahanan secara bersamaan. Mekanisme pertahanan memiliki dua fitur utama. Pertama, mereka menunjukkan penolakan atau gangguan terhadap kenyataan. Kedua, mekanisme pertahanan berlangsung tanpa disadari. Kita sebenarnya berbohong pada diri kita sendiri, tetapi kita tidak menyadari bahwa itu benar. Tentu saja, mekanisme pertahanan tidak akan efektif jika kita mengetahui bahwa kita berbohong, karena pertahanan akan menjaga segala ancaman tetap di luar kesadaran kita. 
    Akibatnya, kita tidak tahu siapa kita sebenarnya. Kita telah terpecah oleh gambaran seperti keinginan, ketakutan, dan kepemilikan. Untuk melawan kecemasan, orang menggunakan berbagai strategi pertahanan (Semiun, 2006: 96): 
  1. Perwakilan Konsep represi adalah dasar dari sistem kepribadian Freud dan berhubungan dengan semua perilaku neurosis. Menurut Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran (sadar), pada dasarnya merupakan upaya secara tidak sadar untuk menolak sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan. Dengan kata lain, represi adalah transfer ingatan yang disengaja dari alam tidak sadar ke kesadaran. Jika ingatannya dilupakan, itu membuat kita tidak nyaman atau menyakitkan. Jenis mekanisme pertahanan diri yang paling umum adalah represi. Saat represi berfungsi, akan sulit untuk menghapusnya karena kita akan menggunakannya untuk melindungi diri kita dari berbagai bahaya dengan tujuan menghapus bahaya tersebut. Memori dan pemikiran tidak selamanya berbahaya.
  2. Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan diri yang berfungsi sebagai represi dan melibatkan menolak beberapa ancaman atau peristiwa traumatik. Orang yang sakit parah, misalnya, mungkin berpikir mereka akan meninggal segera. Orang tua yang anaknya meninggal dunia mungkin terus menunggu anaknya kembali untuk menunjukkan bahwa mereka tidak kehilangan anaknya. 
  3. Reaksi formasi adalah proses mengubah dorongan sosial yang mengancam, tidak sesuai, dan tidak dapat diterima menjadi bentuk yang lebih dapat diterima. Misalnya, seseorang dengan kecenderungan seksual yang tinggi berubah menjadi seorang yang sangat menentang pornografi, dan seseorang yang sebelumnya agresif berubah menjadi orang yang sangat ramah. 
  4. Jika seseorang percaya bahwa dorongan yang tidak baik, agresif, dan tidak dapat diterima adalah milik orang lain, mereka menggunakan proyeksi sebagai mekanisme pertahanan. Salah satu contoh impuls yang muncul adalah "Saya membenci dia," yang diubah menjadi "dia membenci saya". Demikian juga, perasaan cinta "saya mencintai dia", yang akan menyebabkan malu jika ditolak, diubah menjadi "dia mencintai saya", yang akan menyebabkan malu.
  5. Regresi, yang biasanya dikaitkan dengan kembalinya seseorang ke suatu tahap perkembangan psikoseksual, adalah mekanisme pertahanan untuk kembali ke periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari kecemasan dan frustasi. Individu kembali ke masa ketika dia merasa lebih aman dari hidupnya, yang ditunjukkan oleh perilaku seperti kekanak-kanakan dan dependen.
  6. Rasionalisasi adalah mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya lebih rasional dan dapat diterima oleh kita. Dalam proses rasionalisasi, kita berusaha memaafkan atau mempertimbangkan suatu pemikiran atau tindakan yang mengancam kita dengan meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada alasan yang rasional di balik pikiran dan tindakan itu.
  7. Pemindahan untuk melindungi diri, pemindahan memindahkan impuls ke objek lain karena objek yang dapat memenuhi Id tidak tersedia. Misalnya, seorang anak yang kesal dan marah dengan orang tuanya menyebarkan kemarahannya dan kemarahannya kepada adiknya yang lebih kecil. Dalam mekanisme ini, objek pengganti adalah suatu objek yang tidak dianggap sebagai ancaman oleh individu.
  8. Sublimasi mengubah atau menggantikan impuls Id sendiri, tidak seperti displacement, yang mengganti objek untuk memuaskan Id. Energi instingtual dialihkan ke ekspresi lain yang diterima dan dipuji di masyarakat.
  9. Psikoterapi sering menggunakan isolasi untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan melepaskan diri dari hal-hal yang seharusnya membuat mereka terikat, merepresikannya, dan kemudian bereaksi tanpa emosi.
  10. Undoing adalah ketika orang melakukan tindakan atau pikiran ritual dalam upaya untuk menghentikan keinginan yang tidak dapat diterima.
  11. Inteletualisasi seringkali bersamaan dengan isolasi, individu menjauhkan diri dari emosinya dan menutupnya dengan berpikir abstrak,
Referensi:
Semiun, Y. 2006. Teori Kepribadian dan Teori Psikoanalitik Frued, Yogyakarta : Kanisius.